Forest fires burn in Riau Province, Sumatra, Indonesia, releasing huge amounts of carbon dioxide. Deforestation accounts for around one fifth of global greenhouse gas emissions. Indonesia is the world's third largest climate polluter, due in part to rampant destruction of peatland forests for palm oil plantations.
Kebakaran hutan di Propinsi Riau meyumbang emisi gas rumah kaca. Deforestasi tak terkendali di Indonesia mendudukan Indonesia sebagai negara pencemar terbesar ketiga di dunia.
Pengundulan hutan atau deforestasi melepas gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah sangat besar, menyumbang terjadinya perubahan iklim yang berbahaya.
Hutan tropis menyimpan karbon di tanah dan pepohonan. Seperti spons/busa, hutan tropis menyerap karbondioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fossil sebagai sumber energi.
Kita membutuhkan hutan dengan luasan besar untuk 'meredam' dan melawan perubahan iklim dan menjaga bumi. Tetapi yang terjadi kita melakukan sebaliknya. Kita Menghancurkan Hutan.
Pengerusakan hutan menyumbang 20% dari emisi GRK setiap tahun. Dan lebih banyak lagi emisi yang dihasilkan dari seluruh dunia seperti dari mobil, truk, kereta, kapal dan pesawat di 2004.
Di Indonesia, hutan rawa gambut lenyap akibat pembalakan, pengeringan dan di bakar untuk perluasan kelapa sawit. Lahan gambu ini (kadang-kadang hinggakedalaman 12 meter) menyimpan karbon yang sangat besar. Ketika mereka di keringakn dan di bakar akan menjadi sebuah bom karbon, melepaskan hampir dua milliyar ton karbondioksida berbahaya setiap tahun.
Foto-foto ini menceritakan bagaimana perluasan kelapa sawit di Indonesia dapat menyumbang perubahan iklim :
Berkat pengundulan hutan dan lahan gambut, Indonesia menjadi negara pencemar polusi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina. Dari 85% emisi yang dihasilkan Indonesia, emisi bersumber dari penghancuran hutan dan konversi lahan gambut
Di Papua Nugini, sekita 83% dari hutan yang dapat diolah secara kormesial lenyap atau menyusut pada tahun 2021 jika laju pembalakan terus dilakukan (1). Hutan tersisa di papua nugini menyimpan dua kali lipat emisi yang di hasilkan di seluruh yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di tahun 2004. Penebangan hutan telah melepaskan emisi GRK dan berkontribusi meningkatkan GRK di atmosfir
Apa yang harus kita lakukan
Untuk menghentikan perubahan iklim. Pembalakan dan pengerusakan hutan di hentikan dengan tujuan penghentian pengerusakan hutan tropis duni pada tahun 2015.
(1) Shearman et al, The State of the Forests of Papua New Guinea, University of Papua New Guinea (2008), available 18/8/08 at UPNG Remote Sensing Centre.
Rabu, 01 Juli 2009
Kehancuran Hutan Menyebabkan Perubahan Iklim
Posted by Senu57 at 10.59.00 Labels: GreenPeace...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar